Sore hari kemarin, aku pergi ke mall terdekat naik angkot. Seperti biasanya, aku mengacungkan jari telunjuk ketika sebuah angkot melintas. Beruntung, angkot yang kunaiki dalam kondisi penumpang agak penuh, sehingga tidak harus ngetem selama beberapa lama.
Dalam perjalanan, beberapa penumpang saling mengobrol, membicarakan berbagai hal. Obrolan mereka kadang diselingi dengan tertawa, membuat kita yang melihat jadi ikut tersenyum mendengarnya.
Memang, kebutuhan berkomunikasi itu menjadi kebutuhan dasar manusia. Dimanapun dan kapanpun, bila berkumpul dengan sesamanya, manusia akan saling berbicara. Manusia perlu berbicara dengan sesamanya, guna mendapatkan informasi, untuk menghibur diri, untuk memberikan pendapat, untuk berbagi keluhan dan lainnya.
Sesekali sopir angkot meneriakkan lokasi yang sudah ditempuh dalam perjalanan, memberitahu penumpang kalau ada yang turun di tempat lokasi yang disebutkan. Dan secara otomatis, bila tidak ada yang turun, ada satu dua penumpang yang memberi jawaban, ” Kosong bang, terus aja. “
Dan setelah beberapa lama, sampailah angkot yang kunaiki di lokasi mall yang kutuju. Biasanya secara refleks, beberapa meter sebelum sampai di lokasi, penumpang yang hendak turun mendahului si sopir angkot untuk berteriak, ” Bang, depan kiri ya.” Dan ternyata benar, sebelum aku berteriak untuk berhenti, seorang penumpang mendahuluiku berteriak. “Bang, mall depan kiri ya.”
Seketika itu juga sopir angkot mengurangi laju kendaraannya, dan berhenti tepat di dekat lokasi mall yang kutuju. Dan semua penumpang yang ada di dalam angkot turun semua, termasuk aku. Ternyata semua penumpang mempunyai tujuan yang sama denganku.
Itulah bedanya pembicaraan antara penumpang dan sopir angkot. Anda sudah tahu kan?
Komentar
Posting Komentar