Dalam kehidupannya manusia selalu dihadapkan dengan pilihan-pilihan yang membuatnya tidak bisa menghindar kecuali harus menentukan pilihannya. Sejak manusia diciptakan, mereka dipaksa atau terpaksa harus membuat pilihan. Adam dan Hawa harus menjadi penghuni dunia ketika pilihannya jatuh pada larangan Allah. Mereka lebih memilih memakan buah larangan Allah setelah terbujuk rayuan setan, inilah awal dari pilihan yang harus dibuat manusia pertama yang diciptakan Allah. Nabi Ibrahimpun mengalami pilihan yang sedemikian sulit (dilematis) ketika Allah memerintahkannya untuk mengorbankan anaknya.
Semenjak inilah manusia selalu hidup dalam pilihan, sampai hanya urusan membeli susu untuk anaknya saja seorang ibu harus memilih. Membeli susu yang sesuai dengan usia anaknya, itupun harus kembali memilih karena susu yang sesuai dengan usia anaknya ternyata terdapat banyak merek. Ketika anak sudah besar, orang tua kembali harus memilih sekolah yang cocok untuk anaknya. Belum lagi dalam berpakaian, model rambut, jam tangan, kosmetik, dan tidak perlu disebutkan lagi karena hampir dalam setiap hal seseorang selalu dihadapkan dengan pilihan-pilihan.
Sebuah pilihan biasanya terdapat dua ekstrem, yakni ekstrem kanan dan ekstrem kiri, positif dan negatif. Angka nol tidak terbicarakan dalam konteks ini karena pilihan ini berarti “sama dengan tidak memilih” (status quo), dengan pengertian lain tidak memilih berarti “pengecut”. Meskipun membunuh bukan hal yang baik bahkan dosa hukumnya, tetapi tidak demikian bagi seorang prajurit di medan perang. Mereka dihadapkan pada dua pilihan ekstrem : membunuh atau dibunuh. Seorang prajurit yang tidak mau membunuh musuhnya berarti dia menyiapkan keranda untuk dirinya sendiri. Lain halnya seorang prajurit di medan perang yang tidak mau membunuh tetapi juga tidak mau dibunuh dan mengambil langkah untuk bersembunyi ketika terdengar desingan peluru, siapapun akan menyebutnya sebagai seorang “pengecut”. Prajurit seperti ini pada hakikatnya telah mati sebelum berperang.
Dalam hidup kita sering dihadapkan pada pilihan yang pelik, sulit, bahkan pilihan mana pun tidak akan menghasilkan kebaikan tetapi kita tetap harus memilih. Orang banyak menyebut dengan istilah buah simalakama, memilih ini bapak mati kalau memilih itu ibu mati, kalau tidak memilih ketiga-tiganya mati.
Sudah barang tentu kita dapat berpikir dan berpikir, menimbang-nimbang atas pilihan yang akan kita tetapkan, namun demikian jangan terlalu berharap bahwa kita akan mendapatkan hasil yang tepat sesuai keinginan kita. Hasil apapun yang akan kita peroleh biasanya berada di luar harapan kita. Dalam kondisi tertentu, kita harus bertindak seperti seorang dokter di medan perang,” Selamatkan yang paling sehat, yang lebih punya harapan hidup.” Ini prinsip!
Dalam hal menentukan sebuah pilihan berpegang teguhlah pada keyakinan diri kita yang sesungguhnya. Kita tidak dapat menggunakan pilhan orang lain, dan sebaliknya, kita tak seharusnya membiarkan orang lain membuat pilhan bagi diri kita. Kita harus berpikir bagi diri kita sendiri dan berusahalah untuk menjadi diri sendiri. Suatu pilihan yang sulit seperti halnya latihan yang berat, akan makin memperkuat diri kita.
Komentar
Posting Komentar